Thursday, November 22, 2007

Seintim Apa?

Dalam foto pra pernikahan atau pre wedding, keintiman sang pasangan sangat penting. Keintiman menandakan sebuah hubungan yang nyaman. Oleh karena itu fotografer haruslah mampu menangkap aura keintiman pasangan dalam foto.



Mudahnya, pasangan yang intim adalah pasangan yang nyaman untuk berdekatan berdua. Mereka tidak merasa canggung ketika bersama-sama. Namun bedakan dengan pasangan yang kaku. Mereka sehari-hari bisa sangat intim, namun ketika di depan kamera, semuanya menjadi kaku. Kalau begini tugas sang fotograferlah untuk mencairkan suasana.

Fotografer harus mampu menemukan cara agar sang pasangan tidak merasa harus sempurna. Buatlah pasangan menjadi nyaman, tidak seperti berada dalam sorotan kamera. Contoh, mintalah sang perempuan mengusap keringat sang pria, lalu diam-diam ambil gambar mereka saat sama-sama tertawa karena sebenarnya mereka sedikit canggung. Yang didapat justru sebuah foto yang menggambarkan kasih sayang yang sangat alami. Seperti foto di bawah ini.


Cara lain, mintalah kepada pasangan untuk mendekatkan mukanya masing-masing. Biasanya dengan cara ini mereka akan saling tersenyum. Minta mereka tetap tersenyum lalu ambil gambar mereka. Hasilnya bisa dilihat pada kedua contoh di bawah ini.



Kalau keintiman yang mereka rasakan sehari-hari sudah didapat, akan semakin mudah bagi fotografer mengarahkan gaya yang bervariasi. Mintalah pada sang perempuan bergelayut di pundaknya. Pundak adalah tanda keperkasaan laki-laki. Pose di bawah ini bisa dijadikan referensi.


Tips untuk sang pasangan yang akan menjalani sesi foto pra pernikahan, ingatlah bahwa kalian tidak harus terlihat sempurna. Justru hal tersebut akan membuat keintiman berdua menjadi hilang. Nyamanlah antara satu dengan yang lain. Justru itu yang akan membuat kalian menjadi pasangan yang sempurna.

Sunday, November 18, 2007

Pengantin Perempuan

Dalam peristiwa pernikahan, usahakan agar mempelai perempuan mendapat porsi lebih dalam dokumentasi. Mengapa? Karena biasanya mempelai perempuan dalam peristiwa pernikahan mempunyai karakter yang lebih bersinar. Mereka adalah ratu untuk hari itu.

Apalagi biasanya mempelai perempuan mempersiapkan hari itu jauh lebih detail dibanding laki-laki. Mereka berias lebih banyak, dandanannya lebih rumit, dan persiapannya lebih panjang. Oleh karena itu, segala usaha tersebut harus direkam dengan baik oleh sang fotografer.



Fotografer harus tahu persis mimik seperti apa yang patut direkam. Keharuan ketika menyatakan janji sehidup semati, kegembiraan ketika mendapat selamat dari sahabat, atau wajah yang merenung karena sebentar lagi akan menjadi istri adalah saat-saat yang tidak boleh dilewatkan oleh fotografer.

Yang juga harus diperhatikan, usahakan wajah mempelai perempuan diambil dari sudut terbaiknya. Dengan begitu pesona kecantikannya tetap terpancar meskipun wajahnya sedang menampilkan mimik haru atau termenung.

Pose Pengantin

Foto candid atau foto dengan cara sembunyi-sembunyi memang menarik. Banyak mimik pengantin yang unik bila ditangkap dengan cara candid. Namun tetap saja foto pengantin dengan pose yang diarahkan menjadi penting. Apalagi untuk dokumentasi acara, foto dengan pose akan menjadi menu utama.

Yang menjadi penting adalah bagaimana agar foto pengantin dengan pose tidak menjadi terlalu biasa. Pada foto di bawah ini, meskipun pengantin diarahkan, saya tidak menginginkan mereka melihat ke arah kamera, melainkan saling melihat pasangannya.


Pose menarik lainnya adalah meminta kedua mempelai berpose di ranjang pengantin. Banyak pose yang bisa dilakukan di sini. Untuk contoh bisa dilihat di bawah ini.



Berpose di pelaminan tentu wajib hukumnya bagi fotografer. Fotografer yang berpengalaman tentu akan mengetahui pose mana yang baik dan pantas dilakukan oleh pasangan pengantin.

Thursday, November 15, 2007

Konsep Pre-Wedding

Dalam setiap sesi pemotretan, konsep harus dipegang terlebih dulu agar foto yang kita hasilkan sesuai dengan yang klien dan fotografer inginkan. Begitu juga dengan pemotretan pra pernikahan atau pre-wedding. Apalagi pemotretan pra pernikahan ada dalam kontrol sang fotografer dan klien. Beda dengan pemotretan hari H pernikahan yang harus mengalir mengikuti susunan acara.



Kedua foto di atas diambil dengan konsep klasik namun masih up to date dengan pakaian-sehari-hari jaman sekarang. Oleh sebab itu sang pasangan diminta untuk mencari pakaian yang cukup tua namun masih enak dipandang dan nyaman dipakai. Sepeda tua sengaja dipajang untuk menguatkan kesan "jadul" alias jaman dulu.

Beda dengan ketiga foto di bawah ini. Calon pengantin perempuan, karena menggunakan jilbab atau kerudung, ingin mempunyai foto pre-wedding yang tidak terlalu intim. Supaya tetap terlihat menjadi foto pre wedding yang mesra dan bahagia, harus banyak hal yang dilakukan. Saya menggunakan konsep background yang blur dan foreground yang jelas pada foto pertama. Pada dua foto selanjutnya, saya berusaha mendekatkan keduanya, namun tidak terlalu rapat. Yang menjadi perhatian utama saya, keduanya harus terlihat saling mencintai dan bahagia.



Pada bagian ketiga di bawah ini, pasangan saya minta untuk benar-benar terlihat dimabuk asmara. Oleh karena itu aura kemesraan justru saya perlihatkan. Cara pengambilan posisi pasangan menentukan aura apa yang akan dimunculkan.


Yang terpenting, kenali pasangan terlebih dahulu. Karakter pasangan akan sangat menentukan. Pasangan yang kaku dan tidak terbiasa difoto sebaiknya tidak diminta untuk melakukan pose yang aneh-aneh. Malah akan jadi berkesan dipaksakan. Kalau menemui pasangan seperti ini sebaiknya pose-pose yang lebih formal yang dipakai, lalu coba dibuat menarik dengan sudut-sudut yang tidak biasa.

Bagi pasangan, usahakan ketika berada dalam sesi pemotretan tubuh dan perasaan dibuat serileks mungkin. Dengan sendirinya akan lebih mudah buat fotografer mengarahkan kalian.

Pentingnya Detail dalam Foto Pernikahan

Fotografer perkawinan sering terlalu fokus pada acara secara "besar". Maksudnya, kadang ia terlalu memperhatikan acara, kedua mempelai, keluarga, makanan, dan suasana. Padahal memperlihatkan detail perkawinan juga sesuatu yang menarik.

Detail dalam foto perkawinan bisa dimulai dengan hal-hal kecil pada mempelai. Coba foto hiasan atau bunga di kepala mempelai wanita. Dalam perkawinan dengan adat tradisional, biasanya banyak riasan dan bunga yang terlalu menarik untuk dilewatkan.



Jangan lupakan mempelai pria. Coba cari detail yang menarik padanya. Mungkin keris atau pergelangan tangannya.



Benda-benda yang memberi simbol juga layak untuk difoto. Paling mudah adalah cincin sebab cincin adalah simbol utama perekat dalam perkawinan.




Fotografer yang tanggap seharusnya juga menjadikan souvenir atau buah tangan sebagai obyek. Atur sedemikian rupa sehingga menarik. Sudut pengambilan gambar haruslah benar.

Untuk dapat mengambil foto benda-benda kecil secara baik, usahakan memiliki lensa makro. Jangan lupa, gunakan diafragma berbukaan terbesar agar benda yang kita jadikan obyek dapat terpisahkan dari latar belakang dan latar depannya.

Candid Photography

Banyak yang bingung dengan istilah candid photography. Candid sendiri bermakna sembunyi. Jadi ringkasnya istilah "candid" dalam dunia fotografi adalah foto yang diambil tanpa diketahui sang obyek bahwa ia sedang difoto.

Dalam dunia wedding photography, istilah candid ini banyak dipakai untuk dokumentasi pasangan pengantin dengan mimik atau gerakan yang wajar namun menarik. Ya wajar, sebab sang pasangan tidak dalam posisi formal siap difoto.

Di sinilah sang fotografer harus cerdik mencari sudut yang baik agar foto yang dihasilkannya menarik meskipun diambil dari sudut yang tidak diketahui pasangan pengantin.



Untuk fotografer, agar bisa memperoleh foto candid yang baik, sebaiknya Anda memiliki lensa dengan zoom yang panjang. Boleh dicoba antara 200mm hingga 300mm. Dengan lensa yang panjang, kehadiran sang fotografer tidak dirasakan oleh pasangan pengantin. Dengan demikian sang pengantin dapat tertawa lepas atau bersikap wajar namun menarik. Saat itulah sang fotografer harus melepaskan tombol pelepas rananya. Perhatikan dua foto di bawah ini.


Namun bila Anda memiliki lensa yang pendek, pandai-pandailah mencari sudut yang baik dari sang pengantin. Utamakan pengantin perempuan. Dua foto di bawah ini, mungkin tidak memenuhi syarat disebut candid fotografi karena saya mengambil dari jarak yang dekat dan juga, sang pengantin mengetahui keberadaan saya. Namun saya mencari sudut dan momen yang tepat sehingga sang pengantin terlihat dalam keadaan wajar dan tertawa lepas.


Sekali Lagi, Komposisi!

Seni yang indah selalu bermulai dari komposisi atau tata pengaturan yang benar. Adagium indah karena benar selalu berlaku di sini. Hal tersebut juga berlaku pada fotografi wedding-pre wedding.

Kita selalu menginginkan foto yang enak dilihat bukan? Apalagi hal tersebut akan berlaku pada foto pernikahan kita. Oleh sebab itu fotografer yang baik selalu akan menghasilkan foto yang secara komposisi benar agar gambar yang dihasilkan menjadi sedap dipandang mata.

Cara mudah bagi fotografer amatir untuk menghasilkan komposisi yang baik tentu saja rumus dasar gambar: rule of thirds. Ya, mudahnya kita membagi gambar secara horisontal dan vertikal tiga bagian sama besar. Nah, fokus atau titik menarik gambar yang ingin kita hasilkan harus berada di satu atau lebih bagian sepertiga gambar. Terserah apakah itu memilih bagian pertigaan horisontal atau pertigaan vertikal.


Bingung? Gampangnya lihat 3 foto pertama di tulisan ini. Saya menempatkan objek utama pada sepertiga bagian, entah kiri atau kanan. Foto tersebut jadi menarik bukan. Bayangkan bila saya meletakkan obyek utama di tengah gambar. Tidak seatraktif seperti ini bukan?

Foto akan semakin menarik bila background atau obyek lain masuk di sepertigaan yang lain seperti pada foto kedua. Foto jadi memiliki karakter yang jelas.


Tentu tidak semua foto akan baik bila mengikuti aturan tersebut. Fotografer yang berpengalaman tentu akan tahu dengan sendirinya bagaimana komposisi yang tepat untuk obyek yang sedang dibidiknya.

Pada 2 foto terakhir, karena foto ini akan baik bila obyek berada di tengah, saya meminta salah satu untuk duduk. Dengan demikian obyek menjadi lebih dinamis. Tidak kaku.


Dibutuhkan pengalaman dan banyak berlatih untuk mendapat intuisi tentang komposisi. Apalagi dalam liputan pernikahan yang setiap momen berlalu dengan cepat, keputusan yang tepat dan cepat diperlukan untuk mendapatkan mimik pengantin yang baik namun juga dalam komposisi yang benar. Experience matters.

Tertawalah dalam Foto Pre Wedding

Foto pre wedding adalah foto yang menggambarkan masa-masa indah antara Anda dan pasangan sebelum memasuki jenjang pernikahan. Oleh sebab itu, foto pre wedding akan menampilkan foto yang romantis dan penuh rasa bahagia untuk dijadikan dokumentasi. Kelak, foto-foto itu akan dibuka saat sang pasangan sudah memulai kehidupan berumah tangga sebagai cerita masa lalu yang pantas untuk dibagi bersama anak dan cucu.



Foto pre wedding dapat menjadi obat penawar ketika masa berumah tangga memasuki saat yang suram dan getir. Dengan melihat foto masa lampau yang penuh kebahagiaan, kekuatan akan komitmen yang telah dibuat sebelumnya dapat hidup lagi.



Oleh sebab itu, tertawalahlah dalam menjalankan sesi pemotretan pre wedding. Tawa adalah cara termudah dalam memunculkan karakter bahagia.

Banyak pasangan yang tidak biasa dalam menjalankan sesi ini. Entah karena tidak biasa difoto dengan berbagai pose atau fotografer kurang pandai mengarahkan, akhirnya yang didapat adalah senyum yang dipaksakan. Oleh sebab itu, fotografer harus pandai untuk membuat suasana menjadi nyaman, sehingga sang pasangan dapat tertawa lepas.

Trik bagi fotografer, untuk mendapatkan tawa lepas dari pasangan adalah membiarkan pasangan bermain-main sendiri seakan-akan tidak sedang difoto. Pada saat itulah biasanya tawa lepas dari pasangan muncul.


Tips untuk sang pasangan, sebaiknya kalian dekat dengan sang fotografer. Paling tidak pendekatan dilakukan dengan cukup lama, sehingga timbul kenyamana antara pihak pasangan dengan fotografer. Kalau ini tidak mungkin, usahakan selama sesi foto kalian bersikap tidak seperti sedang difoto. Bayangkan saja menjadi seperti dua anak remaja yang sedang dimabuk asmara.

Ya, biasanya di sesi seperti ini, kalian akan tahu betapa tidak mudahnya menjadi foto model.

Wednesday, November 14, 2007

Make Up

Dokumentasi saat pengantin perempuan berias sebenarnya hal yang cukup penting dalam foto pernikahan. Tahapan ini tidak ada dalam acara resmi, namun momentnya selalu menarik. Di tahap ini, fotografer yang jeli akan mampu menangkap detik-detik yang menggugah.

Di tahapan ini, fotografer sebaiknya bisa bermain dengan suasana informal. Selain itu, kegembiraan sang pengantin yang akan menyambut hari besarnya harus mampu jelas diungkapkan dalam gambar. Oleh karena itu, ada baiknya sang fotografer meminta sang pengantin banyak tersenyum ketika dirias, agar suasana bahagia menunggu detik-detik pernikahan bisa didapat.




Bila ingin bermain dengan suasana informal, fotografer dapat menangkap mimik sang pengantin melalui pantulan cermin seperti dilakukan di atas. Selain akan mendapat suasana yang tidak biasa, cara ini mampu menagkap seluruh atmosfer ruang rias. Pendeknya, kebahagiaan sang pengantin yang tersenyum mampu dipantulkan oleh cermin ke seluruh ruangan.







Jangan lupakan juga bagaimana sang perias bekerja. Dengan begitu foto akan semakin bercerita. Tapi ingat, sang pengantin harus tetap jadi fokus utama. Oleh karena itu pastikan bukaan besar agar fokus lensa menjadi semakin sempit.



God is in detail. Ya, fotografer jangan lupa menangkap hal-hal detail. Pensil yang sedang menggores alis, tangan perias yang mengusap bedak, dan sebagainya harus mampu ditangkap dengan yakin oleh fotografer.

Bagi pengantin, dalam tahapan rias, yang penting diperhatikan adalah usahakan bersikap serileks dan setenang mungkin. Dan ingat, tersenyumlah, sebab ini hari besar Anda.